Selasa, 15 Maret 2011

Kisah Seorang Aktivis

Tersebutlah dua anak SD yang saling bersahabat : Albert dan Priska. Keduanya tinggal bertetangga dan satu sekolah, satu kelas. Hampir setiap sore mereka berdua bermain bersama dengan teman-teman satu kompleks. Suatu hari, Albert berkata : ‘Pris, yuk ikut jadi misdinar di gereja !”.
“Kapan, Bert…..?”.
“ biasanya ngumpul Kamis sore, Pris. Ikut, yuk ! Di gereja banyak temen-temen kita juga kok. ”
“ ah ndak deh, aku kalo Kamis sore ada les matematika, e...... ”
“oo…ya sudah lah.”

……………….Dua tahun kemudian,  keduanya lulus SD dengan nilai yang sama-sama tinggi. Albert dan Priska melanjutkan sekolah di SMP yang sama. Kali ini mereka tidak satu kelas, namun mereka berdua tetap bermain bersama. Suatu sore, Albert berkata : “ Pris, yuk ikut Pendampingan Iman Remaja ! acaranya asyik-asyik, lho…”
“ ah ndak, Bert. Aku mau fokus belajar dulu, biar nilainya naik. Semester kemarin nilaiku turun e. “
…………..dua tahun kemudian, keduanya lulus dari SMP dan melanjutkan jenjang SMA. Keduanya sama-sama mendaftar di sekolah katolik, namun mereka tidak satu sekolah. Di sekolah, Albert bertemu dengan banyak teman yang sudah dikenalnya di gereja sejak dia aktif menjadi misdinar. Sedangkan Priska, agak terkejut ketika sebagian besar teman-temannya di sekolah ternyata mengenal Albert karena mereka juga aktif di gereja. Priska bertanya :” Bert, kok kamu udah kenal dengan temen-temenku sih?”
“ Lha ya mereka kan juga temen-temenku di gereja. Nah…gimana kalo kamu ikut mudika, Pris? Ntar  kamu aku kenalin ke temen-temen, deh.”
“hm….gmana, ya?....papaku pesen aku, supaya gak banyak main e. Papa pengen aku lulus dan bisa kuliah di kedokteran”.
“oo…ya kalau emang gitu kondisinya, ya udah, gak papa, Pris”

……………dua tahun kemudian, keduanya lulus dari SMA, dan diterima di perguruan tinggi yang sama. Albert menjadi mahasiswa fakultas teknik, dan Priska menjadi mahasiswa fakultas kedokteran. Pada saat yang sama, Albert dipilih menjadi ketua mudika di gerejanya. Priska tetap menjadi seorang yang cerdas, namun tidak banyak teman. Albert berubah menjadi seorang aktivis gereja dan kampus. Namun anehnya, nilai Albert dan Priska bisa sama-sama tinggi, bahkan saling bersaing IPK.
Menjelang natal, Albert kembali mengajak Priska, “ Pris, yuk ikut panitia natal di gereja. Kita kekurangan orang, nih.”
“aduh….sorry banget, Bert. Ini aku lagi banyak-banyaknya praktikum nih. Susah bagi waktunya.”
“oo….ya sudah.”

Mereka lulus kuliah dengan waktu yang sama, dan keduanya juga menerima penghargaan cum laude ketika wisuda. Albert pindah pekerjaan ke kota lain, sedangkan Priska melanjutkan studi profesi. Namun demikian keduanya tetap bersahabat baik dan rajin menelepon. 

Ketika dalam masa studi Priska mengalami kecelakaan kendaraan hingga akhirnya meninggal dunia. Albert yang mendengar berita dari papanya, segera kembali ke kotanya dan melayat Priska. Anehnya,  di rumah duka hanya tampak saudara dan keluarga Priska. Tidak ada satu pun tetangganya yang melayat, karena para tetangganya tidak mengenalnya. Teman-teman kuliahnya juga tidak tampak melayat. Prosesi pemakaman juga tidak lancar, karena keluarga Priska tidak tahu harus menghubungi pastor siapa untuk mengadakan ibadat. Terpaksalah Albert turun tangan, menghubungi pastor paroki, mengurus segala sesuatunya, dan memberitahu teman-temannya di gereja mengenai kabar kematian Priska. 

Kawan-kawan mahasiswa katolik, itu adalah kisah nyata yang juga dialami oleh sebagian rekan-rekan kita yang seiman,  yang jarang (atau tidak mau?) terlibat dalam hidup berbangsa dan menggereja. Apakah anda ingin nasib anda kelak seperti Priska? Anda jenius, anda cepat lulus kuliah dengan cum laude, karir anda sangat maju, menjadi orang kaya raya, namun ketika anda meninggal, tidak ada satu pun yang menghantarkan jenazah anda. Tidak ada ekaristi yang menghantarkan kepergian anda, hanya karena orang-orang terdekat anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Situasi tragis ini hanya berawal dari hal kecil : yaitu ketika kita tidak bisa (atau tidak mau?) terlibat dalam hidup menggereja, dan hidup berbangsa. Kalau anda tidak ingin nasib anda seperti Priska, maka segeralah berbenah. Mulailah dari hal yang kecil : terlibatlah dalam KMK, peliharalah KMK yang ada di kampusmu.  terlibatlah dalam kegiatan-kegiatan di gereja, terlibatlah dalam kegiatan mahasiswa katolik dalam lingkup yang luas. Akrablah rekan-rekan seiman, sisihkanlah waktu anda untuk berinteraksi dengan teman-teman seiman. Sekecil apapun kontribusi, akan tetap bermakna ketika anda menemukan keluarga baru dalam lingkup saudara seiman.
Bila anda merasa bahwa hidup anda mirip seperti yang dialami Priska, ingatlah bahwa Yesus pernah bersabda : ‘hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!’.(bdk Luk 7:14). Segeralah anda bangkit dari kekosongan hidup. Isilah hidup anda dengan interaksi bersama dengan saudara-saudari seiman, dan juga saudara sebangsa setanah air. Sebab iman tanpa perbuatan adalah mati.

A.M.D.G.
(Sahabat Rosul)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar