Senin, 03 Oktober 2011

Eric Abidal, dalam Jurang Eksistensial

Bagi penggemar sepak bola, terutama fans Barcelona, tentu mengenal Eric Abidal. Dia adalah pemain belakang FC Barcelona yang kendati bukan kaptem Tim didaulat untuk menerima trofi pertama ketika FC Barcelona menjuarai Liga Champions Eropa di Stadion Wembley, 28 Mei 2011.
Ini sebagai “hadiah” dari Charles Puyol, kapten tim, dan teman-temannya atas keberhasilannya dalam “menaklukkan” kanker hati yang dideritanya.

Tim dokter mendeteksi adanya tumor hati pada tanggal 15 Maret 2011.  Ia langsung dikirim ke meja operasi pada tanggal 17 Maret 2011. Setelah 47 hari, Eric kembali muncul di Camp Nou, stadion Barcelona, saat Barcelona menjamu Real Madrid pada leg kedua semifinal Liga Campions.
Sebagaimana dilansir totalbarca.com, Erik mengatakan betapa hidupnya berubah setelah sakit. Dia berkata,  “banyak hal yang yang saya anggap berguna dan penting, tidak ada artinya lagi. Oleh karena itu saya menjual semua mobilku.” Uang hasil penjualan itu dia donasikan kepada anak-anak penyandang tumor hati dan rumah sakit yang mengurusinya.
Ia mengatakan: “Saya berpikir bahwa saya tidak akan bisa bermain bola lagi. Ketika pergi ke rumah sakit dan mengunjungi anak-anak, yang kami katakan adalah sama seperti yang berulang-ulang saya katakana pada diriku sendiri: hal yang paling penting adalah keluarga dan bagaimana memperjuangkannya sampai akhir.”
Jurang eksistensial
Sebagai pemain bola di klub besar Eropa, Eric tentu berlimpah dengan uang dan kekayaan. Namun demikian, ketika ia berada dalam (meminjam istilah Bernard Lonergan, seorang filsuf-teolog Yesuit Kanada (1904 – 1984))  jurang eksistensial (existential gap), ia menjadi sadar bahwa hidup ternyata lebih kaya daripada apa yang dia pikirkan dan bayangkan.
Dalam jurang eksistensial manusia menyadari bahwa apa  yang dihadapi berada di luar jangkauan horizon dirinya. Tak heran jika pengalaman itu membuat perubahan, yakni menjual koleksi mobilnya untuk membantu orang lain.
Kita mungkin pernah mengalami hal yang serupa. Mungkin kita sering sudah merasa nyaman dengan situasi kita. Semuanya berjalan baik. Semuanya sesuai harapan. Tentu hal seperti itu perlu disyukuri.
Namun demikian, saat kita mengalami situasi yang tidak seperti biasanya, seperti yang dialami oleh Eric Abidal, kita baru terhenyak bahwa ada rahmat dan pesan tertentu, di luar bayangan kita, yang perlu kita terima dan jadikan inspirasi dalam perjalanan hidup kita selanjutnya.

1 komentar: