Bagi penggemar sepak bola, terutama fans Barcelona, tentu mengenal
Eric Abidal. Dia adalah pemain belakang FC Barcelona yang kendati bukan
kaptem Tim didaulat untuk menerima trofi pertama ketika FC Barcelona
menjuarai Liga Champions Eropa di Stadion Wembley, 28 Mei 2011.
Ini sebagai “hadiah” dari Charles Puyol, kapten tim, dan
teman-temannya atas keberhasilannya dalam “menaklukkan” kanker hati yang
dideritanya.
Tim dokter mendeteksi adanya tumor hati pada tanggal 15 Maret 2011.
Ia langsung dikirim ke meja operasi pada tanggal 17 Maret 2011. Setelah
47 hari, Eric kembali muncul di Camp Nou, stadion Barcelona, saat Barcelona menjamu Real Madrid pada leg kedua semifinal Liga Campions.
Sebagaimana dilansir totalbarca.com, Erik
mengatakan betapa hidupnya berubah setelah sakit. Dia berkata, “banyak
hal yang yang saya anggap berguna dan penting, tidak ada artinya lagi.
Oleh karena itu saya menjual semua mobilku.” Uang hasil penjualan itu
dia donasikan kepada anak-anak penyandang tumor hati dan rumah sakit
yang mengurusinya.
Ia mengatakan: “Saya berpikir bahwa saya tidak akan bisa bermain bola
lagi. Ketika pergi ke rumah sakit dan mengunjungi anak-anak, yang kami
katakan adalah sama seperti yang berulang-ulang saya katakana pada
diriku sendiri: hal yang paling penting adalah keluarga dan bagaimana
memperjuangkannya sampai akhir.”
Jurang eksistensial
Sebagai pemain bola di klub besar Eropa, Eric tentu berlimpah dengan uang dan kekayaan. Namun demikian, ketika ia berada dalam (meminjam istilah Bernard Lonergan, seorang filsuf-teolog Yesuit Kanada (1904 – 1984)) jurang eksistensial (existential gap), ia menjadi sadar bahwa hidup ternyata lebih kaya daripada apa yang dia pikirkan dan bayangkan.
Sebagai pemain bola di klub besar Eropa, Eric tentu berlimpah dengan uang dan kekayaan. Namun demikian, ketika ia berada dalam (meminjam istilah Bernard Lonergan, seorang filsuf-teolog Yesuit Kanada (1904 – 1984)) jurang eksistensial (existential gap), ia menjadi sadar bahwa hidup ternyata lebih kaya daripada apa yang dia pikirkan dan bayangkan.
Dalam jurang eksistensial manusia menyadari bahwa apa yang dihadapi
berada di luar jangkauan horizon dirinya. Tak heran jika pengalaman itu
membuat perubahan, yakni menjual koleksi mobilnya untuk membantu orang
lain.
Kita mungkin pernah mengalami hal yang serupa. Mungkin kita sering
sudah merasa nyaman dengan situasi kita. Semuanya berjalan baik.
Semuanya sesuai harapan. Tentu hal seperti itu perlu disyukuri.
Namun demikian, saat kita mengalami situasi yang tidak seperti
biasanya, seperti yang dialami oleh Eric Abidal, kita baru terhenyak
bahwa ada rahmat dan pesan tertentu, di luar bayangan kita, yang perlu
kita terima dan jadikan inspirasi dalam perjalanan hidup kita
selanjutnya.
apik tenan ki, setuju bgt bro:D
BalasHapus